ZIGI – Yayasan Nasional yang bernama Plan Indonesia menyerukan terkait pentingnya media sosial sebagai ruang untuk kesetaraan gender. Hal itu disampaikan oleh Plan Indonesia dalam acara diskusi yang bertajuk Media Sosial: Ruang Aman bagi Anak dan Perempuan.
Acara tersebut diselenggarakan oleh Plan Indonesia melalui proyek Raise the Bar pada Jumat, 9 Desember 2022. Simak artikel selengkapnya di bawah ini!
Baca Juga: Arti dan Tanda-tanda Perilaku Gaslighting, Jadi Word of the Year 2022
Pentingnya Media Sosial Sebagai Ruang Kesetaraan Gender

Dengan jumlah pengguna yang sangat besar, media sosial bernilai strategis untuk mendorong kesadaran kesetaraan gender dan mengampanyekan penghapusan kekerasan terhadap anak dan perempuan. Namun demikian, tak sedikit tantangan untuk mewujudkan hal tersebut. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah kreatif dan sinergis dari berbagai elemen agar kampanye digital yang dilakukan berdampak luas.
Berdasarkan data We Are Social, jumlah pengguna media sosial di Indonesia meningkat 21 juta antara tahun 2021 dan 2022. Hingga awal 2022, ada 191,4 juta pengguna media sosial di negeri ini atau lebih dari setengah populasi Indonesia.
Direktur Eksekutif Plan Indonesia Dini Widiastuti mengungkapkan, meski jumlah penggunanya banyak, sebagian besar pengguna belum terdorong untuk mengampanyekan pentingnya kesetaraan gender. Hal ini tercermin dari salah satu temuan Baseline Study yang dilakukan Yayasan Plan International Indonesia dalam proyek Raise the Bar tahun 2022.
“Dalam studi tersebut, 92% dari 181 responden, yang mayoritas perempuan, merupakan pengguna aktif media sosial. Namun, hanya 48% yang menyatakan ingin berpartisipasi dalam kampanye di kesetaraan gender. Oleh karena itu, upaya mengampanyekan kesetaran gender di ruang digital perlu untuk terus didorong, karena media ini bernilai strategis,” ujar Dini dikutip Zigi.id dari rilis pers pada Jumat, 9 Desember 2022.
Acara ini bertujuan untuk membuka ruang refleksi sekaligus mengajak berbagai pihak untuk berdiskusi serta menyusun agenda lebih lanjut bersama jejaring dalam mengampanyekan kesetaran gender di ruang digital.
Dini melanjutkan, dalam kampanye-kampanye kesetaraan gender melalui media sosial, Plan Indonesia menemukan berbagai tantangan. Salah satunya, arus teknologi informasi dan sistem algoritma media sosial yang cepat berubah dari waktu ke waktu dan cenderung didominasi oleh nilai-nilai patriarki.
Pesan tentang kesetaraan gender dan kepemimpinan perempuan mudah tenggelam, tergantikan dengan pesan lain yang justru melanggengkan ketidakadilan gender. Oleh karena itu, diperlukan langkah taktis dalam berkomunikasi di media sosial, termasuk dengan mengikuti tren isu terkini, agar pesan kampanye kesetaraan gender mendapat perhatian khalayak.
“Melalui proyek Raise the Bar, kami berusaha mengampanyekan secara digital tentang perspektif baru bahwa kesetaraan gender itu tidak sekadar dalam hal siapa yang kuat mengangkat galon, tetapi lebih besar dari itu. Mulai dari skala keluarga, menyuarakan kesetaraan gender dapat dimulai dengan pembagian pekerjaan rumah secara adil tanpa didasarkan gender,” ujar Dini.
- Editor: Indriane