ZIGI – Tepat pada 8 Maret diperingati sebagai International Women’s Day atau Hari Perempuan Internasional. Setiap tahunnya, hari yang dikhususkan untuk perempuan ini mengusung tema yang berbeda.
Sedangkan pada 2023, tema Women’s Day ialah #EmbraceEquity jika diartikan dalam bahasa Indonesia yakni Merangkul Kesetaraan. Lantas apa makna #EmbraceEquity dan bagaimana sejarah Hari Perempuan Internasional? Yuk simak ulasannya di bawah ini!
Baca Juga: Sejarah Hari Jomblo Sedunia Setiap 11 November
Makna Tema Hari Perempuan Internasional 2023

Melansir dari laman resmi International Women’s Day (IWD), tema untuk perayaan yang dikhususkan bagi perempuan-perempuan di berbagai negara adalah #EmbraceEquity. Tujuan dari tema ini agar dunia berbicara tentang ‘Mengapa kesempatan yang sama tidak cukup’.
Kesetaraan berarti setiap individu atau kelompok orang diberi sumber daya atau kesempatan yang sama. Sedangkan equity alias ekuitas mengakui bahwa setiap orang memiliki keadaan yang berbeda, dan mengalokasikan sumber daya serta peluang yang tepat yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang setara.
Salah satu YouTuber sekaligus pendiri Kazuri Consulting, Tamara Makoni mencoba memberikan contoh yang dimaksud dengan ‘Merangkul Kesetaraan’. Tamara mencontohkan ketika seseorang mengasuh dua anak yang lapar.
“Bayangkan Anda mengasuh dua anak dan mereka lapar. Anda pergi ke mangkuk buah, dan Anda mulai mengambil dua apel diberikan kepada setiap anak,” ujar Tamara Makoni.
Tamara memperjelas maksud dari kesetaraan dan ekuitas ketika salah satu anak ternyata alergi dengan apel. Maka orang itu harus memiliki cara agar bisa memberikan makan secara adil.
“Namun, Anda ingat pada saat terakhir bahwa salah satu anak alergi pada apel. Sebaliknya, Anda meraih satu apel dan satu pisang, dan dengan begitu Anda bersikap adil,” imbuhnya.
Dalam keterangan Tamara tersebut, bisa disimpulkan bahwa adil bukan berarti harus mengambil jalan yang sama melainkan menyesuaikan dengan kondisi dan keadaan itu sendiri.
Sejarah International Women’s Day

Melansir dari Census, International Women’s Day pertama kali dimulai pada tahun 8 Maret 1857 di New York City. Kala itu, pekerja tekstil perempuan memprotes kondisi kerja yang tidak adil dan hak yang tidak setara antara pekerja laki-laki dan perempuan.
Aksi pemogokan ini pun menjadi pemogokan terorganisir pertama oleh perempuan pekerja di mana mereka menyerukan hari kerja lebih pendek dan upah yang layak.
Hal serupa juga terjadi pada 8 Maret 1908 di mana pekerja perempuan di perdagangan jarum berbasis melalui Lower East Side New York memprotes pekerja anak-anak, kondisi pekerja pabrik, dan menuntut hak pekerja perempuan.
Di Eropa pada tahun 1910, Konferensi Internasional Wanita Pekerja kedua diadakan di Kopenhagen, Denmark. Di mana wanita bernama Clara Zetkin memimpin Kantor Wanita untuk Partai Sosial Demokrat di Jerman mengajukan gagasan Hari Perempuan Internasional.
Perayaan Hari Perempuan Internasional pertama kali digelar di Australia, Denmark, Jerman, dan Swiss pada 9 Maret 1911. Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) baru mengesahkan Hari Perempuan Internasional pada tahun 1977 yang akan diperingati setiap tanggal 8 Maret.
Demikian makna tema dan sejarah International Women’s Day alias Hari Perempuan Internasional yang selalu diperingati pada 8 Maret. Tahun ini, hari yang dikhususkan untuk perempuan ini mengusung tema #EmbraceEquity.
Baca Juga: Sejarah Hari Kesehatan Mental Sedunia 2022, Jadi Prioritas Global
- Editor: Jean Ayu Karna Asmara