ZIGI – Hari Raya Nyepi diperingati pada 22 Maret 2023. Bersamaan dengan hari Nyepi, sejumlah penduduk Bali akan merayakannya dengan iring-iringan ogoh-ogoh.
Sejumlah wisatawan lokal maupun turis asing beramai-ramai untuk menyaksikan perayaan ogoh-ogoh setiap tahunnya. Lantas apa sebenarnya ogoh-ogoh? Berikut fakta ogoh-ogoh di perayaan Hari Nyepi!
Baca Juga: 7 Tradisi Unik Hari Raya Nyepi yang Menarik Wisatawan di Bali
1. Asal Muasal Ogoh-Ogoh

Melansir dari Ayo Indonesia, ogoh-ogoh pertama kali dibentuk pada 1983 dengan perwujudan Bhuta Kala sebagai perayaan yang berkaitan dengan ritual Nyepi di Bali. Bersamaan dengan itu, keluar Keputusan Presiden di mana Hari Nyepi sebagai hari libur Nasional.
Sejak saat itu, beberapa tempat di Denpasar berlomba-lomba membuat perwujudan onggokan yang sering disebut dengan ogoh-ogoh. Perwujudan ini semakin meluas ketika diikutkan dalam Pesta Kesenian Bali ke XII.
2. Makna Ogoh-Ogoh

Ogoh-ogoh berasal dari bahasa Bali yakni ogah-ogah, yang artinya mengguncang. Sementara itu, ogoh-ogoh juga diperumpamakan sebagai Butha Kala yakni roh jahat yang memiliki sifat yang buruk yang harus dijauhkan dari manusia. Perwujudan itu nantinya akan diarak keliling desa kemudian dibakar dengan maksud meleburkan sifat-sifat jahat Butha Kala.
Menurut cendekiawan dan praktisi Hindu Dharma, proses ini melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan Bhuana Agung (alam raya) dan Bhuana Alit (diri manusia).
Dalam pandangan Tattawa (filsafat), kekuatan itu bisa mengantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia mencapai kebahagiaan atau kehancuran tergantung pada niat luhur manusia.
- Editor: Jean Ayu Karna Asmara